print this page 

Rabu, 13 Oktober 2010

INDOMIE……………Seleraku





Departemen Kesehatan dan badan pengawas makanan di Taiwan dan Hong Kong melakukan cekal dan razia di sejumlah supermarket untuk menarik produk Indomie sejak pekan lalu. Alasannya karena menggunakan Methylparaben atau Methyl P-Hydroxybenzoate (E218) sebagai pengawetnya. 

Di Taiwan zat ini hanya digunakan untuk produk kosmetik agar tidak berjamur dan tidak boleh digunakan dalam makanan. Berdasarkan rilis pers depkes taiwan, kandungan methyl-p-hydroxybenzoate indomie berkisar antara 0.19 ~ 0.23 g/kg. 

Apa itu zat pengawet E218? Benarkah berbahaya?

Ahli gizi Profesor Iwan Dharmansjah, (Liputan6.com. 12/10) di Jakarta

Methyl hydroxybenzoate bukanlah bahan pengawet berbahaya. Juga bukan tergolong racun yang memang dilarang untuk dikonsumsi. Meski begitu, penggunaan methyl  hydroxybenzoate  harus  sesuai  takaran. Menurut  Iwan,  methyl hydroxybenzoate lazim digunakan, termasuk untuk makanan. Zat itu baru berbahaya bila digunakan dalam takaran berlebih.

"Tidak merusak kesehatan. Memang kadarnya berapa? Ada ketentuannya. Itu tidak tergolong racun seperti formalin," ujar Iwan.

Iwan menambahkan, jika formalin jelas racun. Seperti halnya arsenik atau merkuri. Itu semua tak boleh digunakan untuk makanan. Sedangkan methyl hydroxybenzoate lazim digunakan untuk makanan. "Saya pikir ini perang dagang," kata Iwan.

FDA  Amerika Serikat

Badan Pengawas Obat dan Makanan AS (Food and Drug Administration (FDA) seperti dilansir Ehow, Senin (11/10/2010) memasukkan Methyl P-Hydroxybenzoate sebagai zat pengawet yang aman.

BPOM RI (Senin 11/10) di Jakarta : Semua Mie Instant Aman

Deputi Bidang Pengawasan Keamanan Pangan dan Bahan Berbahaya BPOM Roy Sparringa mengatakan, Taiwan tidak mengatur penggunaan nipagin. Produk Indomie itu ditarik di Taiwan karena diduga mengandung nipagin pada bumbu kecapnya bukan pada mienya.

Menurut BPOM RI,  Codex Alimentarius Commision yang merupakan badan yang didirikan oleh Organisasi Pangan dan Pertanian (FAO) serta Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) yang mengatur standar pangan, telah memperbolehkan penggunaannya.  

Batas maksimal penggunaan nipagin dalam setiap produk pangan berbeda-beda di setiap negara. Untuk kecap, pemakaian nipagin dibatasi maksimal 250 milligram per kilogram di Indonesia, Singapore dan Brunai. Sedangkan di Hong Kong batas maksimal penggunaan nipagin adalah 550 miligram per kilogram.

Batasan yang berbeda itu ditentukan dari kajian paparan terhadap bahan makanan tambahan tertentu berdasarkan pola kosumsi masyarakatnya.  

PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk (Kompas 12/10).

Direktur PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk (ICBP) Taufik Wiraatmaja “Kami telah memenuhi semua persyaratan yang ditetapkan Departemen Kesehatan Biro Keamanan Makanan Taiwan dalam memproduksi dan mengekspor Indomie ke Taiwan.”

Ahli Kimia Pangan dari Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan Institut Pertanian Bogor (Kompas 12/10).

Ahli Kimia Pangan dari Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan Institut Pertanian Bogor, Nuri Andarwulan mengatakan selain pada kecap, nipagin juga banyak ditemukan pada mie basah dan berbagai macam cemilan dan minuman. Nipagin banyak digunakan sebagai bahan pengawet karena mampu memperpanjang masa simpan makanan lebih lama dan efektif melawan mikroba yang membuat makanan cepat rusak.

Menurut Nuri, langkah yang dapat dilakukan adalah dengan tidak mengonsumsinya secara terus menerus atau setiap hari makan makanan yang mengandung nipagin. Kondisi zaman yang membuat banyak masyarakat mengonsumsi makanan pabrikan yang lebih praktis. Perlu pengombinasian antara makanan pabrikan dengan makanan segar / alami.

Efek konsumsi nipagin yang berlebihan dalam tubuh baru akan dirasakan dalam jangka waktu lama. Organ tubuh yang paling mudah terganggu jika mengonsumsi nipagin melebihi batas harian yang diperbolehkan adalah hati yang berfungsi menawarkan racun dalam tubuh.

Seperti apa sebenarnya Methyl P-Hydroxybenzoate itu?

Bahan ini memang diperbolehkan untuk digunakan pada produk kosmetik, produk farmasi atau obat serta produk makanan.

1. Penggunaan untuk kosmetik
Selama lebih dari 80 tahun, metil telah digunakan sebagai pengawet dalam industri kosmetik yang sering ditemukan pada      pelembab wajah, produk anti-penuaan, pewarna rambut, produk pemutihan kulit, gel cukur, pembersih wajah, spray, shampo dan conditioner, maskara, eye shadow dan alas bedak.

2. Penggunaan untuk farmasi
Dalam industri farmasi, metil telah digunakan untuk melindungi obat sejak 1924. Metil digunakan untuk anti-bakteri seperti pada antibiotik topikal, kortikosteroid dan obat tetes mata. Beberapa antibiotik seperti penggunaan methylparaben pada penisilin mencegah kontaminasi mikroorganisme.

3. Penggunaan untuk makanan
Karena sifatnya yang anti jamur, metil digunakan sebagai penghambat ragi dalam produk makanan. FDA mengatakan produk ini aman digunakan dalam jumlah kecil. Pada makanan metil ditemukan pada berbagai produk susu beku, minyak dan lemak, selai, sirup dan bumbu-bumbu.

Sebagai pengawet makanan, FDA menggolongkan Methylparaben dalam kategori Generally Recognized as Safe (GRAS). Artinya, bahan kimia ini bisa dan aman untuk digunakan pada sebagian besar produk makanan.

Sebagai pengawet makanan, Methylparaben memiliki keunggulan dibanding pengawet lain yaitu lebih mudah larut air. Oleh karenanya, senyawa ini sering dipakai karena dinilai lebih aman saat terlibat kontak dengan cairan.

Kelebihan lainnya, Methylparaben tidak hanya mencegah pertumbuhan bakteri pada makanan instan dan awetan. Lebih dari itu, senyawa ini juga bisa membantu menjaga kestabilan rasa sehingga makanan dapat disimpan dalam waktu yang lebih lama.

Di dalam tubuh, senyawa ini juga relatif aman karena mudah dimetabolisme. Karena mudah diserap, baik melalui saluran pencernaan maupun kulit, senyawa ini juga lebih cepat dikeluarkan dari dalam tubuh.

Dalam penggunaan untuk kosmetika, Methylparaben jarang menimbulkan iritasi meski dapat memicu alergi pada sebagian orang. Senyawa ini tergolong senyawa non-toxic, yang tidak beracun sekalipun terserap melalui permukaan kulit maupun pencernaan.

Meski ada beberapa penemuan soal bahaya metil namun hingga kini penemuan tersebut belum sepenuhnya diuji. Penelitian Cosmetic Safety Database metil telah dikaitkan dengan kanker, alergi, gangguan endokrin, keracunan atau perubahan tingkat sel. Namun penemuan ini masih harus dibuktikan.

Sementara beberapa penelitian menunjukkan metil dapat bereaksi dengan paparan ultraviolet B sehingga mengakibatkan peningkatan kerusakan DNA dan penuaan kulit. Namun seperti ditegaskan FDA sepanjang jumlah yang dipakai tidak melebihi dosis produk ini cukup aman.

Kurang tahu yah~ tapi jika kita melihat daftar zat aditif yang diperbolehkan, tidak ada methyl p-hydroxybenzoate, tetapi herannya ethyl p-hydroxbenzoate, propyl p-hydroxybenzoate, butyl p-hydroxybenzoate, dan Isopropyl p-hydroxybenzoate diperbolehkan dalam kecap. Padahal kesemuaannya termasuk pada golongan p-hydroxybenzoic acid

Sumber : Dari berbagai sumber