print this page 

Kamis, 30 September 2010

Damailah Tarakan

Konflik kekerasan yang terjadi di kota Tarakan, Kalimantan Timur kembali melukai Republik ini. Betapa tidak, di negara yang mayoritas masyarakatnya beragama , terjadi lagi konflik  kekerasan dan telah menelan korban jiwa. Dari sumber www.jpnn.com tanggal 29 September 2010, diberitakan telah menelan korban jiwa 5 orang. Dari sumber www.kompas.com tanggal 29 September 2010 pengungsi telah mencapai 32.000 orang sampai Rabu sore (29/9/10).
Konflik berawal karena seorang tokoh masyarakat bernama Abdullah (45) diserang sekelompok pemuda dirumahnya hingga tewas pada hari Minggu (26/9/2010) sekitar pukul 23.00 wib (sumber www.kompas.com tanggal 27 September 2010). Namun, kejadian ini berkembang menjadi isu bentrokan antar kelompok. Massa turun ke jalan-jalan dan melakukan pengrusakkan dan pembakaran rumah dan toko. Selain korban jiwa, diperkirakan kerugian materi mencapai ratusan juta rupiah. Menurut sumber informasi yang dihimpun Tribun, konflik yang melibatkan kedua kelompok tersebut sudah yang keenam kalinya terjadi di Tarakan.
Sudah sering terjadi bentrok antar kelompok di Republik ini. Karena rakyatnya yang berbeda-beda, bangsa Indonesia diikat dengan semboyan Bhinneka Tunggal Ika. Ternyata semboyan itu masih belum mampu untuk mengatasi persoalan perbedaan di Republik ini. Tentu saja hal ini menjadi pertanyaan dalam pikiran kita sebagai rakyat yang tinggal di Republik ini. Siapa yang salah ? Apa yang harus dilakukan ?
Sebagai rakyat Indonesia, tentu saja kita berhak untuk tinggal, beribadah, mencari pekerjaan di seluruh wilayah Republik Indonesia. Konflik yang terjadi di kota Tarakan, berpotensi terjadi di daerah lain di Republik ini, jika pemerintah tidak mencari solusi untuk mengatasinya. Pemerintah yang seharusnya memegang kendali untuk mempersatukan perbedaan rakyatnya, tidak mampu memberi solusi agar rakyatnya tidak saling menyerang dan membunuh diantara sesama rakyat Indonesia.
Konflik yang terjadi di kota Tarakan menjadikan kita sadar, bahwa ke Bhinneka-an di Republik ini hanya semboyan belaka. Ke-Bhineka-an, ternyata belum menjadi bagian yang penting didalam kehidupan rakyat di  Republik ini. Rakyat, pemerintah, tokoh masyarakat, tokoh agama masih mementingkan kepentingan individu dan kelompok. Bisa di katakan bahwa pemerintah, tokoh masyarakat, tokoh agama telah gagal menyampaikan pesan dan makna Bhinneka Tunggal Ika kepada rakyat Indonesia, yaitu agar saling menghormati dan saling menghargai untuk bersatu di dalam perbedaan.
Konflik kelompok seperti yang terjadi di kota Tarakan, tidak pernah menyadarkan pemerintah untuk mencari solusi agar peristiwa itu tidak  terjadi lagi di seluruh Indonesia. Jika konflik antar kelompok terjadi, maka korbannya adalah masyarakat umum dan anak-anak yang tidak berdaya. Berdamai dan saling memaafkan adalah perbuatan yang sangat mulia. Semoga warga kota Tarakan bisa hidup berdampingan dengan sesamanya di dalam perbedaan. Damailah Tarakan.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar